A. Pengertian
E-Learning
E-Learning adalah istilah yang digunakan untuk
menyederhanakan kata electronic learning . Diliat dari struktur kata electronic
learning
atau e-learning dapat kita lihat bahwa istilah ini dibentuk dari dua
kata dasar yaitu elektronic yang berarti elektronik dan learning
yang berarti pembelajaran. Jadi electronic learning atau e-learning berarti
pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam
pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat
komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dalam berbagai literatur, e-learning
didefinisikan sebagai berikut:
”e-Learning
is a generic term for all technologically supported learning using an array of
teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes,
teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based
training or computer aided instruction also commonly referred to as online
courses” (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
B. Metode
Pembelajaran E-Learning
Dilihat dari cara penyampaiannya, e-learning dibagai kedalam dua cara yaitu One way communication
(komunikasi satu arah) dan Two way communication (komunikasi dua arah).
Komunikasi atau interaksi antara guru dan peserta didik memang sebaiknya
melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous).
Artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, peserta didik dapat langsung
mendengarkan; dan dilaksanakan melalaui cara tidak langsung (a-synchronous). Misalnya
pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.
Pemanfaatan e-learning
tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di
internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru
dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh
peran guru, karena itu disebut the era of teacher. Kini, proses belajar
dan mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher
and book) dan pada masa mendatang proses belajar dan mengajar akan
didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and
technology).
E-learning tidak hanya berlaku metode
pembelajaran secara on-line saja, namun penerapannya bisa secara off-line
juga, seperti pembelajaran di kelas dengan menggunakan proyektor atau menonton
film dvd guna mempelajari sesuatu mengenai beberapa kejadian aktual seperti
kejadian bencana gempa, tsunami, dan sebagainya.
C. E-Learning di Sekolah Dasar (SD)
Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan
internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang
bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam
hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik
dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Jadi disini siswa benar-benar dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran
interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer
dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan
internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak
akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan
individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan
pembelajaran yang sesuai dengan dirinya.
Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa
dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel. Dan tidak menutup
kemungkinan untuk nantinya kebanyakan murid sekolah dasar akan membawa notebook
dengan akses internet tanpa kabel.
Untuk dapat memanfaatkan e-learning
dalam memperbaiki mutu pembelajaran di sekolah dasar, ada tiga hal yang harus
diwujudkan yaitu:
1.
siswa dan guru harus memiliki akses
kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga
pendidikan guru;
2.
harus tersedia materi yang berkualitas,
bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru;
3.
guru harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk
membantu siswa agar mencapai standar akademik.
D. Kelebihan
dan Kekurangan E-Learning di SD
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai
informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat e-learning dengan menggunakan internet,
khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999, Soekartawi,
2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain sebagai berikut:
1.
Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru
dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara
regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
2.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau
petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga
keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari
3.
Siswa dapat belajar atau memutar ulang bahan ajar
setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di
komputer.
4.
Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang
berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet
secara lebih mudah.
5.
Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif
menjadi aktif
7.
Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang
tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang
sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan
sebagainya.
Walaupun
demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai
kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), yang menyoroti kelemahan sistem e-learning, antara lain:
1.
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan
antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar dan mengajar
2.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek
sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial
3.
Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah
pelatihan daripada pendidikan
4.
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai
teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran
yang menggunakan ICT
5.
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang
tinggi cenderung gagal
6.
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet
(mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun
komputer)
7.
Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki
ketrampilan soal-soal internet
8.
Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Daftar Pustaka
Soekartawi (2002b), e-Learning:
Konsep dan Aplikasinya. Bahan-Ceramah/Makalah disampaikan pada Seminar yang
diselenggarakan oleh Balitbang Depdiknas, Jakarta, 18 Desember 2002.
www.slideshare.net. penerapan-elearning-di-sd.
Diunduh: Rabu, 28 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar